Kamis, 07 Januari 2010

Inovasi Budidaya Jamur

BUDIDAYA JAMUR
Hujan deras sepanjang hari tanpa henti menggempur tudung jamur
tiram. Maklum, Triono Untung Piryadi menanam tiram di kumbung
tanpa atap. Namun, pekebun di Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat, itu panen tiram bermutu tinggi.
Triono cuma memberi jaring 50%—mampu meneruskan 50% cahaya.
Biasanya pekebun membudidayakan tiram dalam kumbung tertutup, dengan
atap dan dinding. Alasannya jelas, tiram rentan kontaminasi cendawan patogen.
Keruan saja ketika hujan, air menetes lalu membasahi jamur tak kunjung henti.
Ketika Trubus meliput seharian, hujan deras turun sejak pukul 11.00—17.30.
Selama ini banyak pekebun khawatir jamurnya bakal rusak karena terkena air.
Kunci sukses Triono adalah mengembangkan strain Hypsizygus ulmarius yang
lebih tahan banting ketimbang strain Pleurotus ostreatus.
Alumnus Universitas Gadjah Mada itu memetik jamur dalam kondisi
prima. Cirinya tudung masih melengkung ke bawah. Itu berarti belum
mekar sempurna. Jika pemetikan ketika mengembang, jamur jadi gampang
rusak. Triono menerapkan budidaya bertingkat alias baglog tidur. Namun,

BUDIDAYA JAMUR 2
ia cuma menumpuk 10 baglog atau setinggi pinggang. Tujuannya untuk
memudahkan panen dan mengangkut jamur untuk dikemas. Karena alasan
efisiensi, banyak pekebun menumpuk baglog hingga 22 buah sehingga
sangat tinggi, 2 meter. Dampaknya bukan saja menyulitkan panen, tetapi
juga mempercepat rusaknya jamur. Pemanen harus menengadah untuk
memetik jamur dan kerap meletakkan jamur ke tray plastik dengan agak
keras.

Selain ditata diatas rak, posisi baglog juga bisa digantung.
NS Adiyuwono, ahli jamur di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat, mengembangkan baglog gantung. Ia membuat gantungan dari
tali tambang plastik. Empat utas tali tambang plastik sepanjang 2 m
diikatkan pada 2 palang bambu sepanjang 2,5 m yang dipasang 2 m
dari permukaan lantai kumbung. Ujung keempat tali diikatkan pada
cincin plastik berbentuk lingkaran berdiameter 11 cm untuk menopang
baglog. Untuk palang sepanjang 2,5 m, memuat 20—25 gantungan.
Baglog disusun dengan posisi tidur di atas cincin plastik secara
vertikal. Agar baglog bagian bawah tidak rusak akibat tertekan
tumpukan baglog di atasnya, jumlah tumpukan maksimal 3—4 baglog.
Setelah itu, di bagian atas tumpukan kembali dipasang cincin penopang,
lalu disusun baglog. Begitu seterusnya. Pada satu gantungan setinggi 2 m,
memuat setidaknya 20 baglog.
Menurut Adi keuntungan baglog gantung adalah meningkatkan kapasitas
kumbung. Kumbung seluas 19 m x 6 m sanggup menampung 30.000 baglog.
Jika disusun di atas rak bambu, hanya menampung 13.000 baglog. Pekebun
juga tak perlu mengeluarkan biaya Rp4-juta untuk membikin rak di kumbung
19 m x 6 m. Rak gantung hanya menghabiskan dana Rp1,5-juta. Cara
pengerjaannya pun lebih mudah. Oleh sebab itu, untuk membuat rak gantung
hanya membutuhkan sehari kerja; rak bambu, 3—5 hari.

3 BUDIDAYA JAMUR
Sterilisasi
Proses sterilisasi baglog juga bisa dipercepat
seperti yang dilakukan Ryadi Harumi—ia enggan
disebut nama sebenarnya. Pekebun di Jawa Barat
itu mensterilisasi baglog hanya 30 menit yang
menghabiskan 7 liter minyak tanah. Padahal, pekebunpekebun
lain menghabiskan 3 jam, bahkan pasteurisasi
hingga 12 jam. Dengan sterilisasi 3 jam, persentasi
kontaminan mencapai 20%. Ryadi yang mensterilisasi
30 menit hanya menemukan kontaminan 2%.
Kunci sukses Ryadi adalah meletakkan pipa inlet
atau tempat keluarnya uap air panas di dasar otoklaf.
Uap panas keluar dari lubang pipa dan leluasa bergerak
ke atas menembus baglog. Sebab, uap air lebih ringan
daripada udara. Udara menekan uap ke atas. Itulah
sebabnya jika posisi pipa inlet di atas, banyak baglog
di bagian bawah otoklaf tak tersucihamakan. Produsen
lain, biasanya meletakkan pipa inlet di bagian atas
otoklaf, sehingga sterilisasi pun perlu waktu lebih
lama.
Media alternatif
Inovasi budidaya jamur lain adalah media baglog
alternatif. Selama ini serbuk gergaji menjadi media yang
banyak digunakan pekebun. Namun Ir Muhammad
Atamimi, pekebun di Ciwidey, Kabupaten Bandung,
mengganti serbuk gergaji dengan kiambang. Kiambang
menjadi bahan utama media tanam dengan komposisi
60—80%. Alumnus Teknik Geodesi Institut Teknologi
Bandung itu menambahkan maksimal 20% kascing
alias kotoran cacing. Jadi, bila bobot sebuah baglog
1,5 kg, Atamimi meramu dari 12 ons kiambang kering
dan 3 ons kascing. Perlakukan pasteurisasi di bawah
suhu 700C seperti halnya baglog serbuk gergaji.
Lantaran kontaminan masih tinggi, baglog
juga disterilisasi pada suhu 1120C sehingga risiko
terkontaminasi hanya 3%. Miselium alias bibit jamur
diinokulasikan pada suhu maksimal 400C. Dengan
media itu pertumbuhan miselia relatif cepat. Pada hari
ke-21 miselium sudah memenuhi media. Ia menuai
jamur pada hari ke-40 setelah inokulasi. Padahal,
dengan media serbuk gergaji Atamimi panen perdana
rata-rata pada hari ke-45.
Bukan hanya percepatan panen, volume produksi
pun meningkat. Atamimi menuai rata-rata 440—480 g
jamur per baglog. Malahan ada beberapa baglog yang
menghasilkan 600 g. Bandingkan dengan produksi
pekebun yang menggunakan media serbuk gergaji,
Sistem gantung lebih murah dan cepat
pengerjaannya
BUDIDAYA JAMUR 4
hanya 400 g. Artinya, dengan memanfaatkan campuran kiambang-kascing,
produksi melonjak 10—20%.
Menurut Atamimi produksi jamur bermedia kiambang mestinya mencapai
2 kg per baglog, seperti dicapai pekebun Belanda. Belum tercapainya
produksi itu ditengarai karena bibit jelek dan perlakuan tak stabil. Dengan
lonjakan produksi diharapkan laba pekebun juga melambung. Sebab,
biaya produksi setara dengan baglog serbuk gergaji yaitu
Rp1.200—Rp1.500 per baglog.
Nitrogen
Kiambang mampu mendongkrak produksi
jamur tiram karena kaya nitrogen organik dan
selulosa. Nitrogen organik diperlukan jamur
untuk sintesis berbagai senyawa esensial
seperti protein, purin, dan pirimidin. Serat
pada kiambang lebih mudah terurai karena
mengandung sedikit lignin. Itu mempermudah jamur
untuk mencerna selulosa yang memacu pertumbuhan
miselium.
Tak semua jamur memiliki enzim pemecah selulosa. Contohnya
jamur merang. Oleh sebab itu, kiambang juga baik sebagai media
tanam jamur merang. Kascing sebagai sumber mineral dan enzim
yang kaya protein, mencapai 60%. Selain itu, kascing berfaedah mengaktifkan
mikroorganisme untuk mempercepat penguraian kiambang.
Selain kiambang, pekebun itu juga memanfaatkan polar atau semacam
dedak dalam penggilingan biji gandum. Polar selama ini dimanfaatkan untuk
bahan pakan ternak. Formulasi sama dengan baglog kiambang, 80% polar
dan 20% kascing. Produksi jamur di media baru itu juga melonjak 20%. Polar
mengandung karbohidrat sebagai sumber karbon yang diperlukan jamur untuk
mensintesis energi dan zat pembangun sel.

Rabu, 06 Januari 2010

TAHAPAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang bercabang. Karena tidak berklorofil, kehidupan jamur mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain yang telah mati.

Jamur tiram bila kita budidayakan akan mendapat manfaat berganda. Selain rasanya lezat mengandung gizi yang cukup besar manfaatnya bagi kesehatan manusia sehingga jamur tiram dapat dianjurkan sebagai bahan makanan bergizi tinggi dalam menu sehari- hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di Departemen Sains Kementrian Industri Thailand bebarapa zat yang terkandung dalam jamur tiram atau Oyster mushroom adalah protein 5,94 %; karbohidrat 50,59 %; serat 1,56 %; lemak 0,17 % dan abu 1,14 %. Selain kandungan ini, Setiap 100 gr jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65 kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor. 0,15 mg Vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2 dan 12,40 ing vitamin C. Dari hasil penelitian kedokteran secara klinis, para ilmuwan mengemukakan bahwa kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta kekurangan gizi.

Secara social budaya, jamur tiram, merupakan bahan pangan bergizi, berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkon obat modern. Secare ekonomis merupakan komoditas yang tinggi harganya dan dapat meningkatkan pendapatan petani serta dapat dijadikan makanan olahan untuk konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat

II. SYARAT TUMBUH
Tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organic yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan misellium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak ditumbuhi jornur jenis lain.

Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur ( Calsium carbonat ) sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter

Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 – 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme

Tingkat keasamon ( pH)
Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 – 7 dengan menggunakan kapur ( Calsium carbonat )

Suhu udara
Pada budidaya jamur tiran suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 – 28 OC dengan kelembabon 60 – 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 – 22 OC.

Cahaya
Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam, keadaan gelap/tanpa sinar, Sebaiknya selama masa pertumbuhan misellium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buch tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran ? 60 – 70 %

III. TAHAPAN DALAM KEGIATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM

1. Persiapan Media Tanam
Sebelum dilakukan penanaman ( inokulasi ) bibit kedalam media tanam, perlu dilakukan persiapan-persiapan antara lain:
Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan.
Mencampur serbuk kayu dengan bahan-bahan lain seperti bekatul, tepung jagung dan kapur sampai merata ( homogen ) kemudian diayak.
Menambah air hingga kandungan air dalam media menjadi 60?-65 % lalu tentukan pH-nya dengan kertas lakmus.

Memasukkan media tanam kedalam kantung plastik polypropilene dan memadatkannya lalu bagian atas kantung plastik diberi cincin paralon kemudian dilubangi 1/3 bagian dengan kayu dan ditutup dengan kertas lilin serta diikat dengan karet pentil.
Melakukan sterilisasi pada suhu 95 OC selama 7 – 8 jam
Mendinginkan media tanam selama 8 – 12 jam dalam ruangan inokulasi

2. Penanaman ( Inokulasi)
Inokulasi dilakukan setelah media tanam dingin dengan suhu antara 22 – 28 OC.
Menyiapkon alat dan bahan yang diperlukan dalam proses penanaman ( inokulasi ).
Sterilisasi semua alat dan bahan yang akan digunakan
Membuka penutup/ kertas lilin dan memasukkan bibit dari dalam botol kedalam media tanam dengan menggunakan stik inokulasi.

Menutup kembali penutup/kertas lilin dan mengikat dengan karet pentil.
Memindahkan media tanam yang telah ditanami bibit tersebut kedalam ruangan inkubasi sampai tumbuh misellium jamur, Lamanya penumbuhan misellium jamur antara 45 – 60 hari. Setelah misellium memenuhi kantong plastik dipindahkan ke ruang produksi dengan membuka tutup kontong plastik dan menyemprot air secara teratur

3. Panen
Setelah 10 – 15 hari kemudian dapat dipanen untuk pertama kali, panen berikutnya setiap dua hari sekali secara teratur selama 6 bulan.

Sumber :

http://www.diperta-jatim.go.id/index.php?gate=home&task=detail&id=25

Selasa, 05 Januari 2010

USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus).

Perkembangan dunia usaha saat ini mengalami kemajuan cukup pesat, namun tingkat persaingan cukup ketat, disamping itu banyak bermunculan berbagai macam jenis industri baru, yang mempunyai satu tujuan yang sama yaitu keinginan untuk bisa menghasilkan produk yang bermutu dan dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan atau konsumen serta memperoleh keuntungan yang besar.

Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian. Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dengan demikian pemasaran pertanian dianggap memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif.

Budidaya jamur tiram putih.

Keunggulan jamur tiram cukup banyak, selain harga yang relatif mahal, tingkat
keuntungan yang dihasilkan relatif tinggi, umur singkat, tanaman ini juga sangat laku di pasaran.
Selain itu, keunggulan lainnya adalah, tidak memerlukan tempat yang luas, cara budidaya yang mudah dan dapat dilakukan sepanjang tahun,jamur tiram juga cukup toleran terhadap lingkungan dan dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan.

Jamur tiram bila kita budidayakan akan mendapat manfaat berganda. Selain rasanya lezat mengandung gizi yang cukup besar manfaatnya bagi kesehatan manusia sehingga jamur tiram dapat dianjurkan sebagai bahan makanan bergizi tinggi dalam menu sehari- hari. Berdasarkan penelitian bebarapa zat yang terkandung dalam jamur tiram atau Oyster mushroom adalah protein 5,94 %; karbohidrat 50,59 %; serat 1,56 %; lemak 0,17 % dan abu 1,14 %. Selain kandungan ini, Setiap 100 gr jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65 kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor. 0,15 mg Vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2 dan 12,40 ing vitamin C. Dari hasil penelitian kedokteran secara klinis, para ilmuwan mengemukakan bahwa kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta kekurangan gizi.

Pasar jamur tiram putih sangat potensial, dengan rasanya yang enak, selain untuk konsumsi dalam negeri, produk ini juga menembus pasar ekspor, kebutuhan jamur tiram dalam bentuk kering maupun yang telah dikalengkan untuk beberapa negara seperti Singapura, Taiwan, Jepang, Hongkong cukup tinggi, jangankan memenuhi pasokan tersebut, kebutuhan jamur dalam negeri saja, petani sulit memenuhi permintaannya.

Secara sosial budaya, jamur tiram, merupakan bahan pangan bergizi, berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkan obat modern. Secara ekonomis merupakan komoditas yang tinggi harganya dan dapat meningkatkan pendapatan petani serta dapat dijadikan makanan olahan untuk konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat.

Diversifikasi produk jamur tiram cukup banyak dapat bentuk segar, kering, kaleng, serta diolah menjadi keripik, pepes, tumis, dan nugget.Rantai budidaya jamur tiram dimulai dari; serbuk gergaji, pengayakan, pencampuran, sterilisasi, inokulasi, inkubasi, spawn running, growing, dan pemanenan.

Berikut saya uraikan asumsi kebutuhan modal yang di perlukan untuk pembiayaan budidaya jamur tiram.


Asumsi Modal Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih.

A. Biaya Produksi
1. Lahan:
-Pembuatan bangunan @ Rp. 50.000,-/m2
seluas 40 m2 Rp. 2.000.000,-
2. Bibit: 500 log @ Rp. 3.000,- Rp. 1.500.000,-
3. Pupuk dan kapur
-TSP: 25 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 125.000,-
-Kapur: 180 kg @ Rp. 400,- Rp. 72.000,-
4. Bahan media tanam
-Serbuk gergaji: 6 ton @ Rp. 60.000,- Rp. 360.000,-
-Dedak: 600 kg @ Rp. 600,- Rp. 360.000,-
-Kantung plastik: 50 kg @ Rp. 7.500,- Rp. 375.000,-
-Karet gelang: 5 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
-Alkohol 95%: 1.5 liter @ Rp. 10.000,- Rp. 15.000,-
-Kapuk: 5 kg @ Rp. 6.000,- Rp. 30.000,-
5. Alat
· Sterilizer
-Drum 4 buah @ Rp. 60.000,- Rp. 240.000,-
· Pendukung
-Sprayer 14 liter: 1 buah Rp. 230.000,-
-Ember: 2 buah @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-
-Timbangan: 50 kg Rp. 250.000,-
-Sekop: 2 buah Rp. 20.000,-
-Cangkul: 2 buah Rp. 20.000,-
6. Tenaga kerja:
-Tenaga kerja ( perawatan & panen ) Rp. 3.000.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 8.662.000,-

B. Pendapatan 1 periode tanam (6 bulan) :
- Kapasistas 5.000 baglog, prosentase tumbuh 90% (4.500 log)
tiap baglog panen 500gr, harga jual Rp. 7.250,-/ kg
- Total penerimaan
4.500 x 500 = 2.250 kg x Rp. 7.250,- Rp. 16.312.500,-
- Keuntungan Rp. 7.650.500,-
- Keuntungan rata rata per bulan Rp. 1.275.000,-

C. Parameter kelayakan usaha
- Benefit of Cost Ratio (B/C rasio) = 1,883
- Return of investment (ROI) = 0,883

Dari hasil analisa diatas diperolah revenue atau penerimaan lebih besar dari investasi yang ditanamkan. Sehingga usaha tersebut layak untuk diusahakan, hal ini terjadi karena dalam usaha budidaya jamur tersebut menghasilkan biaya penerimaan yang lebih besar dari biaya produksinya sehigga mendapatkan keuntungan hasil sebesar Rp.7.258.000,- per satu kali musim tanam dengan rata rata keuntungan perbulan Rp.1.210.000,- dengan asumsi harga jual untuk jamur tiram putih di pasaran saat ini mencapai Rp.7.000,00/ kg.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih ini memang layak di usahakan, bisa dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi dan waktu budidaya yang relative singkat, usaha ini juga dapat menyerap tenaga kerja dan juga dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pemilik pabrik pengolahan kayu karena limbah serbuk gergaji mereka di pakai untuk media tanam,dari sini bisa di lihat bahwa roda perekonomian berjalan dengan baik, dan peningkatan kesejahtraan dapat terwujud.